Mbah Hamid Kajoran Jelaskan Pancasila, Kyai Ali Maksum Menangis
Salah satu forum tabayyun dan dialog informal mengenai kajian terhadap azas tunggal Pancasila dikisahkan Gus Amin Hamid Kajoran, putra mbah Hamid Kajoran (alm) yg menjadi saksi sejarah atas peristiwa yang monumental ini.
Mbah Hamid Kajoran Jelaskan Pancasila, Kyai Ali Maksum Menangis
![]() |
Mbah hamid kajoran |
Para kyai ini menyampaikan kepada Kyai Hamid Kajoran bahwa ada upaya pemaksaan dari pemerintahan Soeharto untuk menerapkan Pancasila sebagai azas tunggal.
Mendengar pernyataan ini Kyai Hamid langsung menjawab, “Lho, kok pemaksaan? Pancasila itu kan milik kita, hasil ijtihad-nya para ulama dan kyai kita, terutama Hadratusyekh KH Hasyim Asy’ari. Lha, kalo sekarang mau dijadikan azas tunggal ya Alhamdulillah. Itu artinya dikembalikan ke kita, kok malah kita merasa dipaksa”
Mendengar jawaban kyai Hamid ini semua tertegun. Kemudian Kyai Ali bertanya, “Ini tafsirnya bagaimana kyai?"
Atas pertanyaan ini kemudian Kyai Hamid menjelaskan soal sejarah dan tafsir Pancasila menurut ulama NU. Dijelaskan banwa Pancasila merupakan penjelmaan (sublimasi) ajaran Islam yg mentautkan syariah, aqidah dan tasawwuf.
“Oleh karenanya kita bisa menjalankan dua sila saja dari Pancasila secara konsisten dan benar Insya Allah kita bisa menjadi wali” demikian Kyai Hamid menjelaskan Dua sila tersebut adalah sila Ketuhanan dan Kemanusiaan.
Mengamalkan sila Ketuhanan artinya kita memahami dan mengerti Tuhan dengan segala kekuasaan-Nya, perintah dan laranganNya. Sedangkan mengamalkan sila kemanusiaan artinya kita harus “mengerti manusia”, “memanusiakan manusia” dan “merasa sebagai manusia”.
Kemudian Mbah Hamid menjelas tafsirnya secara detail dengan perspektif syariah dan tasawwuf . Ketika penafsiran sampai pada pengertian “merasa sebagai manusia”, Kyai Ali Maksum menangis.
Dari penggalan kisah ini dapat terlihat bahwa Pancasila merupakan produk pemikiran (ijtihad) dari para ulama Nusantara sebagai manivestasi atas ajaran dan nilai-nilai Islam.
Kedua, sikap NU menerima Pancasila sebagai azas bukan merupakan sikap keterpaksaan karena adanya tekanan politik, atau sekedar langkah taktis politik menghadapi tekanan, tetapi merupakan langkah ideologis.
Ketiga, sebagai bagian dari kelompok yang ikut merumuskan Pancasila, NU mengerti sejarah yg menjadi “asbabul wurud” dari Pancasila dengan segenap spirit dan nilai-nilai yg ada di dalamnya. Oleh karenanya NU memiliki tafsir terhadap sila-sila Pancasila yang sesuai dgn syariat dan tasawwuf Islam.
Keempat, penerimaan Pancasila sebagai azas tunggal oleh NU dilakukan setelah melalui berbagai kajian dan upaya riyadloh lahir batin sebagaimana yang dilakukan para masayikh NU saat menerima Pancasila sebagai Dasar Negara. Jadi sama sekali bukan keterpaksaan.
Kelima, NU adalah ormas Islam pertama yang menerima azas tunggal Pancasila. Ini artinya NU menjadi pelopor penerimaan azas tunggal. Secara nalar sikap kepeloporan seperti tidak akan muncul karena terpaksa tapi karena kajian yg matang dan hujjah yg kuat. Dan para kyai yg ikhlas dan alim tak akan mungkin mau dipaksa menerima atau menolak sesuatu apalagi yg terkait dengan masalah agama.
Untuk memperkuat argumen ini bisa dilihat dalam risalah Kyai Ahmad Shiddiq setebal 34 halaman yg dipresentasikan di hadapan Munas Alim Ulama di Situbondo tahun 1983. Di sini disebutkan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan Islam, secara substansial Pancasila sangat islami. Bahkan butir-butir dari Pancasila adalah wujud dari nilai-nilai Islam. Sila pertamanya mencerminkan tauhid, sedangkan sila-sila lainnya representasi dari syariat. Dalam naskah ini tak ada satupum argumen politis yg mencerminkan keterpaksaan NU menerima azas tunggal Pancasila.
Demikianlah kisah percakapan mbah hamid kajoran menjelaskan tentang pancasila hingga kyai ali maksum yang mendengarkan penjelasan itu sampai menangis. Pada dasarnya pancasila itu maknanya sangat dalam dan mencerminkan sikap keagamaan dan kemanusiaan yang kuat.
NU akan selalu menjaga ideologi Pancasila.
ReplyDeletePastinya gan,,,
DeleteHebatnya sesepuh jaman dulu ya, beda dengan jaman sekarang.
ReplyDeleteBetul mas,,,sesepuh jaman dulu selain alim luar biasa juga sakti sakti,,,
DeleteTerharu bacanya :). Buatku juga, mulai2 pancasila ini samasekali ga ada bertentangan dgn Islam. Jadi sampai kapanpun, aku ga akan prnh mendukung usaha2 yg ingin mengganti Pancasila. Satu alasan lagi kenapa aku slalu mendukung NU :)
ReplyDeletePancasila sudah final kak :)
Delete